Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 24 Maret 2011

Ilmu Kehidupan

Kehidupan adalah kemampuan setiap orang untuk menyelesaikan permasalahan hidup dengan cara yang se-baik2nya , dari lingkungan hidup yang paling kecil menuju lingkungan hidup yang lebih luas.
Dibutuhkan kemampuan intelektual untuk memahami persoalan2 kehidupan alam semesta raya , agar kehidupan dapat dijalani/ditingkatkan kualitasnya oleh manusia2 yang mengerti bagaimana seharusnya menjalani hidup itu sendiri.
Kemampuan ‘intelektual secara akademik’ , adalah mempelajari rumusan2 teknis yang ter-verifikasi secara ilmiah dari atau lewat catatan berbagai proses perjalanan dan pengalaman2 orang lain pada masa2 yang telah dilewati sebelumnya.


Sedangkan kemampuan ‘intelektual secara kultural’ adalah melakoni sendiri dan mencatat sendiri rumusan2 seperti diatas lewat perjalanan hidup orang itu sendiri , semenjak orang tersebut dilahirkan dilingkungannya sendiri2.
Menjalani kehidupan yang hanya tunduk berdasarkan panduan ilmu akademis dari hasil catatan2 teknis masa lalu … adalah fascisme modern yang berselubung topeng simbol2 gelar intelektual.
Sebaliknya menjalani kehidupan hanya dengan menggunakan metode kultural ‘absolute’ (primordial) serta orthodoks/fanatisme … orang tersebut hanya menyediakan dirinya untuk digilas oleh peradaban jaman yang akan terus bergerak menerjang dirinya.
Sebab langit yang menaungi kehidupan semesta raya bukan hanya sebatas ‘atap rumah’ milik orang per’orang ataupun “masyarakat spesifik” itu sendiri2 [bangsa tertentu] , namun LANGIT bagi seluruh atap rumah umat manusia di planet bumi yang memiliki berbagai ‘kepentingan’ berbeda .
Jadi apa maksud dari artikel pendek dalam NOTE ini ?
Maksudnya adalah , kekeliruan mendasar tentang pemaknaan memahami ILMU untuk diletakkan dengan benar sesuai kebutuhan lingkungan terkecil hingga lingkungan hidup yang se-luas2nya , bagi orang perorang hingga skala besar menuju sebutan sebuah masyarakat maupun satu Bangsa
Siapakah yang keliru tersebut?
ya mbahmu! … yang ternyata mbahmu itu juga mbahku juga , karena itu pula agar saya tidak dibilang ‘kurang ajar’ (nanti bisa ‘kuwalat’) … tapi juga supaya saya tidak terperangkap ikut2an ‘ketinggalan kereta’ melulu …. maka saya akan selalu berkata ‘NO/TIDAK’ pada kemapanan2 yang membelenggu .
Berkata/say NO pun juga berlaku bagi para profesor2 doktor dan cendekiawan yang baru lahir kemarin … lalu mendadak menjadi ‘pintar’ secara tiba2 . [peramal2 'takhayul' yang lahir dari bangku sekolahan instant]
sumber: http://jsop.net/2010/02/ilmu-bagi-kehidupan/

0 komentar:

Posting Komentar